Kamis, 20 November 2014

Benarkah rejeki akan mendatangi para orang tua yang memiliki banyak anak?

Memiliki dan mengasuh banyak anak membuat hidup ibu menjadi lebih bahagia.

dreamstime xs 20675963 Banyak Anak = Banyak Rejeki, Ungkap Seorang <em>Single Mother</em>

Banyak Anak = Banyak Rejeki?

Jam tidur yang makin berkurang, selalu sibuk setiap hari, nol menit untuk jalan-jalan ke gunung atau nonton bioskop. Saya yakin, semua ibu pasti pernah dan mungkin saat ini sedang mengalaminya. Mengasuh seorang apalagi banyak anak adalah pekerjaan penuh tekanan dan melelahkan.
Terutama, di kala anak masih bayi dan masih minum ASI, dan Anda juga musti mengawasi perilaku kakak-kakaknya yang masih balita atau sudah bersekolah.

Meski anak atau bayi Anda tidak selalu manis dan tenang, mereka bukanlah sumber dari segala penderitaan dan beban hidup. Sebaliknya, anak dapat menjadi sumber kebahagiaan Anda.

Telegraph UK menyatakan bahwa para perempuan yang memiliki satu atau banyak anak merasakan dirinya lebih berharga, dan menjadi lebih bahagia dalam menjalani hidup. Suasana hati yang tenang dan jarang bergejolak membuat seorang manusia mampu melakukan apa saja, bahkan hal yang paling berat sekalipun.
Banyak anak, banyak rejeki, kata para nenek moyang. Selama ini kita mengira bahwa kondisi finansial yang di atas rata-rata adalah rejeki. Padahal, kedamaian yang Anda rasakan dalam hati, kesehatan jasmani dan rohani, hubungan yang baik dengan seluruh anggota keluarga dan kedekatan dengan lingkungan sekitar juga dapat dikatakan sebagai rejeki.

Memiliki banyak anak memang akan menyita waktu bersenang-senang Anda, karena anak membutuhkan kehadiran Anda. Di masa SMA atau kuliah kita mungkin bukan gadis incaran para pria dan tak ada yang mengenal kita. Tapi di sisi anak kita dibutuhkan dan Anda adalah pujaan bagi mereka.

Uang Belanja dari Suami Kurang?




Hubungan suami istri bisa retak karena masalah keuangan. Kadang, kebutuhan melonjak, harga barang naik sehingga uang belanja bulanan dari suami tidak mencukupi lagi. Kalau sang istri tidak memiliki gaji, satu-satunya harapan adalah meminta tambahan uang belanja dari suami. Kurang percaya diri minta tambahan uang belanja? Ikuti 10 tips berikut ini.

 1. Sisihkan waktu berdua khusus membicarakan masalah keuangan

Masalah finansial sangat pelik untuk diulik, meski kepada suami sendiri. Namun jika tidak dibicarakan, bukan tidak mungkin terjadi kesalahpahaman. Sisihkan waktu khusus untuk membicarakan masalah keuangan, karena hal ini menyangkut kebutuhan keluarga secara keseluruhan. Jika hal ini dilakukan secara rutin, namun tetap dengan kepala dingin, baik suami dan istri dapat lebih saling memahami.


Suami bisa saja merasa keberatan apabila istri membicarakan keinginan mendapatkan uang tambahan. Namun jika si istri bersikap jujur sejak awal dengan mengutarakan alasan yang kuat, bisa jadi suami langsung mengiyakan tambahan jatah bulanan.


Krisis ekonomi yang tengah melanda memang tidak bersahabat untuk siapa saja. Entah sang suami adalah pekerja atau berwira usaha, masalah keuangan selalu ada. Istri pun harus lebih bijak dengan mendahulukan kepentingan keuangan keluarga. Duduk dan membicarakan pengeluaran wajib bulanan sangat dianjurkan sebelum mengajukan tambahan uang belanja.


Istri sering dikendalikan emosi. Keinginan yang kuat dapat memaksa kita hanya membuka mulut tetapi menutup telinga. Jika suami mengutarakan keberatannya dengan tunjangan tambahan, dengarkan terlebih dahulu. Jika memungkinkan, istri pun masih bisa mengajukan pembenaran. Lagi-lagi, diskusi harus dilakukan dengan kepala dingin.


Nah… ibu-ibu paling tidak tahan dengan tawaran cicilan dan ragam arisan. Bisa jadi, hal ini yang membuat para istri kerap merasa serba ‘kekurangan’. Suami harus tahu apa saja yang dibayar oleh sang istri. Jika hal ini tak kunjung dibereskan, bisa jadi uang belanja tambahan yang diajukan tidak disetujui!


Kebebasan finansial adalah milik siapa saja, termasuk para ibu rumah tangga. Anda bisa memulai usaha kecil-kecilan atau bekerja secara online untuk menambah uang belanja. Internet harus dimanfaatkan sedemikian rupa untuk menambah uang belanja, sekaligus kebutuhan lainnya. Jika suami memahami bahwa istri mampu membagi waktu, maka ia pasti rela menambah tunjangan bulanan, khusus untuk istri tercinta.


Suami mungkin tidak keberatan dengan permintaan uang belanja tambahan, namun ia mungkin memang tidak bisa memberikan lebih dari yang ia dapatkan. Jika ini yang terjadi, istri harus mulai merevisi pengeluaran mana saja yang harus dikurangi.


Beberapa suami meminta istri berhenti bekerja dengan syarat si suami harus memberi tunjangan bulanan. Namun, ada kalanya perjanjian ini sedikit direvisi saat kondisi keuangan sedang tidak ‘aman’. Dalam hal ini, pengertian istri sangat dibutuhkan.

Sebagai pasangan suami istri, pengelolaan keuangan harus sejalan. Atas dasar tersebut, diskusi tentang pengeluaran rutin, tabungan, dan biaya rekreasi harus disepakati bersama.

Mengurus rumah, anak dan suami tidak akan ada habisnya. Semua ibu rumah tangga patut dihargai kerja kerasnya. Beberapa suami setuju dengan tunjangan tambahan ini, dengan syarat tidak ada masalah keuangan yang tersembunyi.